Menjaga Stamina Mental

March 31, 2020 1:27 pm | Oleh Dale Carnegie Editor
Dale Carnegie > Referensi > Artikel > Artikel > Menjaga Stamina Mental

Saat ini kita disibukan dengan wabah covid19. Berita baiknya, berbagai pihak mengerahkan daya upaya terbaik sesuai talenta masing-masing untuk mengatasi pandemi ini. Kita salut pada para tenaga medis yang siap bertaruh nyawa dan tinggal terpisah dengan keluarga demi kesembuhan para pasien. Disusul kiprah pelajar SMK, mahasiswa dan masyarakat umum berinovasi membuat sarana untuk kebersihan dan kesehatan bersama; pengusaha, artis dan berbagai kalangan menggalang dana; dokter dan insinyur bekerja sama merancang APD dan alat bantu nafas. Semua bekerja sama untuk mengatasi wabah.

Berbagai berita terkait covid 19 datang silih berganti. Pada awalnya, informasi dan himbauan kita terima dengan ringan, sebagai pengetahuan saja, belum ada keterlibatan secara emosional, sehingga keseharian kita berjalan seperti biasa. Namun saat kita yang mengalami, misalnya ada kerabat atau teman dekat meninggal dunia akibat wabah, kita harus menjalani isolasi mandiri, lingkungan rumah ditutup untuk akses umum, baru kita merasa belum siap mental dan tidak tahu bagaimana harus bertindak.

Bagaimana tetap mempertahankan kesejahteraan jiwa di situasi yang tidak menentu ini? Mari kita cek kondisi emosi agar dapat mengolahnya secara efektif, terarah pada kematangan diri.

Dalam pembahasan mengenai The People Side of Change, Dale Carnegie & Associates mengadopsi tulisan Elisabeth Kübler-Ross penulis Buku On Death and Dying (1969) yang menuliskan tentang reaksi manusia saat dihadapkan pada situasi yang mengancam kelangsungan hidup. Tulisan tersebut menjadi panduan 8 tahap reaksi emosi di dalam perubahan / situasi yang sulit diterima. Besar kemungkinan kitapun akan mengalaminya selama pandemi ini. Setiap orang dapat bereaksi berbeda, dengan kadar emosi yang berlainan, ada yang terlihat (reaksi emosi yang aktif) dan ada yang tidak nampak (pasif).

8 tahap reaksi emosi:

Tahap 1 – Shock (tidak menduga)

Kelumpuhan mental saat terlibat secara personal dengan situasi yang tidak diiinginkan. Reaksi yang muncul adalah sangat terkejut, merasa belum siap menghadapi, tidak bisa berpikir, lupa semua informasi yang pernah diterima, tidak tahu harus berbuat apa.

Tahap 2 – Denial (penyangkalan)

Saat reaksi shock mereda, mulai timbul rasa tidak percaya, keinginan menyangkal, berharap situasi bisa berubah segera. Reaksi penyangkalan, misalnya: candaan (meme) mengenai orang Indonesia akan kebal virus, tetap beraktivitas sekalipun menyadari gejala sakit, tidak mau percaya pada berita apapun kecuali apa yang ia yakini (saya tidak mungkin terpapar, keluarga saya aman)

Tahap 3 – Anger (marah)

Penyangkalan mulai runtuh melihat fakta dan data yang membuktikan bahwa pandemi memang tak terelakan. Perasaan yang muncul adalah penolakan berisi kemarahan dan protes. Terlihat dari orang yang mem-posting kritik dan hujatan terhadap kebijakan pemerintah atau pihak yang dianggap bertanggungjawab menanggulangi pandemi, jengkel pada orang yang batuk atau bersin, menyalahkan orang yang terjangkit virus, mudah marah dengan berbagai alasan.

Tahap 4 – Bargaining (tawar menawar)

Setelah menyadari bahwa kemarahan tidak mendatangkan hasil, orang mulai mencoba bernegosiasi atau tawar menawar terkait peran, proses, luasnya dampak perubahan. Mulai muncul suara hati, “Ya sudahlah, memang terjadi wabah. Tapi kalau bisa jangan di lokasi tempat tinggal saya; jangan sampai ke bulan depan; jangan ada lagi korban jiwa. Semoga permohonan ini terpenuhi, saya janji akan hidup lebih baik”

Tahap 5 – Dejection (Kesedihan)

Ternyata apa yang diusulkan dan diminta tidak satupun terpenuhi, situasi tetap saja mencekam, penderita tetap bertambah, orang-orang melihat bahwa lingkungan rumahnya termasuk zona merah. Muncul rasa sedih dan kecewa. Suasana hati menjadi muram, keluhan fisik mulai muncul, merasa ditinggalkan dan diabaikan oleh orang sekitar, kehilangan motivasi kerja, bosan, bahkan menjadi depresif – tidak ingin melanjutkan kehidupan, mati adalah pilihan yang lebih baik.

Tahap 6 – Letting Go (pasrah)

Hidup ternyata terus berlangsung, terus bersedih tidak ada gunanya, maka orang mulai membuka mata terhadap realita, memandang jernih perkembangan situasi dan kasus terkini. Orang bersedia menerima dan mematuhi setiap arahan berdasarkan kesadaran bahwa mereka memang tidak dapat menyetop atau mengubah situasi. Orang patuh mengikuti protokol menjaga kebersihan dan kesehatan, tetap bekerja dan belajar produktif dari rumah, menaati instruksi dari otoritas.

Tahap 7 – Exploration (mempelajari lebih jauh)

Pemahaman situasi yang makin jelas menggugah orang untuk menggali ide-ide yang dapat dikembangkan saat ini dan seperti apa masa depannya. Orang mulai menerapkan kebiasaan baru yang bermanfaat, seperti: kebersamaan keluarga, bahagia atas hal-hal sederhana, tertib membagi waktu, memilih bacaan bermanfaat, menjaga hidup doa, mengembangkan hobby, berbagi dengan sesama, serta berbagai cara meningkatkan kualitas diri.

Tahap 8 – Acceptance (Penerimaan)

Di tahap ini apapun yang terjadi diterima sepenuh hati, bahkan mulai mendukung perubahan. “Beruntung situasi ini terjadi …” Orang mampu bersyukur atas banyak hal, menarik hikmah di balik pandemik, makin percaya pada rancangan terbaik yang Tuhan aturkan, menapaki setiap waktu dengan kesadaran penuh karena menyadari betapa hidup ini rapuh.

Ke-8 tahap reaksi emosi merupakan reaksi yang wajar dan manusiawi, bukan untuk ditutupi atau dianggap remeh. Setiap orang memiliki kapasitas yang berbeda dalam mengolahnya. Ada yang mampu terus bertumbuh ke tahap berikut, namun ada pula yang terjebak di tahap awal. Dale Carnegie mengingatkan, “Penuhi pikiran Anda dengan hal-hal yang membawa kedamaian, keberanian, kesehatan dan pengharapan” maka kita akan tetap maju menjalani dinamika perasaan ini. Semoga kita bisa menjaga ketahanan mental menghadapi situasi apapun.


Oleh Lidwina Widayati – Senior Trainer Dale Carnegie Indonesia

Jakarta & Head Office

Jl. Paus No. 84 A
Jakarta Timur 13220
Phone: 021-489 2737
Fax: 021-489 6926


Send this to a friend
Silahkan mengisi form untuk mengunduh
NAMA
PERUSAHAAN
KOTA
TELEPON
E-MAIL
Informasi anda tidak akan diberikan kepada pihak lain.
Silahkan mengisi form untuk mengunduh
NAMA
Hadir di Leadership series kota:
E-MAIL
Informasi anda tidak akan diberikan kepada pihak lain.
Silahkan mengisi form untuk mengunduh
NAMA
PERUSAHAAN
KOTA
TELEPON
E-MAIL
Informasi anda tidak akan diberikan kepada pihak lain.
Silahkan mengisi form untuk mengunduh
NAMA
PERUSAHAAN
KOTA
TELEPON
E-MAIL
Informasi anda tidak akan diberikan kepada pihak lain.
Read previous post:
Maintaining Mental Well-Being

At present we are preoccupied with the Covid-19 pandemic. The good news, various parties are exerting the best efforts according...

Close