Volume Air yang Tepat untuk Bersepakat dengan Berbagai Situasi

April 13, 2020 3:38 pm | Oleh Dale Carnegie Editor
Dale Carnegie > Referensi > Artikel > Artikel > Volume Air yang Tepat untuk Bersepakat dengan Berbagai Situasi

Kita pasti menyadari jika salah satu manfaat terbesar dari air putih adalah menjaga organ tubuh kita agar tetap sehat. Dalam kehidupan sehari-hari, pastinya kita bukan saja butuh air putih yang bersih, kita perlu tahu volume air yang tepat agar kesehatan kita terjaga, tidak merasakan dahaga ataupun terlalu kembung. Volume air yang tepat pun tergantung dengan wadah yang digunakan, jika hanya memiliki gelas 350 ml, kita tidak bisa memaksakan diri untuk menuang melebihi kapasitas gelas. Yang dapat kita lakukan adalah menuang sebanyak yang dapat ditampung dan mengosongkannya dan mengisi ulang gelas tersebut.

Air dapat dianalogikan sebagai hal-hal baik yang kita lakukan setiap hari. Kita memiliki pilihan untuk tidak menuang air sama sekali atau menuangkan air sebanyak yang kita punya. Orang lain pun dapat mengisi gelas kita dengan menuangkan air dalam volume yang pas. Setiap tuangan air yang sesuai dengan gelas yang ada, dapat diartikan kalau kita sedang memberikan kebaikan untuk orang lain. Dan yang terpenting adalah ketika kita tidak mengharapkan imbalan dari apa yang telah kita berikan.

Saya pernah mengikuti pelatihan Dale Carnegie yaitu Fundamental Leadership Program. Di kelas tersebut saya benar-benar diajarkan bagaimana menerapkan prinsip hubungan baik dengan orang lain, memengaruhi orang lain, serta menjadi seorang pemimpin. Salah satu prinsip dari Dale Carnegie yang mendukung tentang analogi menuang air ini adalah “bersimpatilah dengan ide-ide dan keinginan orang lain”. Dari prinsip ini saya belajar bahwa semakin kita bersimpati terhadap apa yang dikerjakan dan dihasilkan oleh seseorang, kita bisa meningkatkan kepercayaan orang itu terhadap kita. Dengan itu seolah kita menggambarkan setiap air yang dituang adalah sebuah kepercayaan dan hubungan yang baik. Ada banyak sekali cara kita untuk merespon suatu peristiwa yang terjadi yang dibekali Dale Carnegie agar memiliki sebuah relasi yang berkualitas.

Dengan keadaan di luar yang sedang tidak menentu karena pandemi COVID-19 yang semakin menyebar, saya akan berbagi beberapa cara bagaimana kita meningkatkan kualitas diri melalui “tuangan air” yang tepat agar kita bisa dipercaya dalam sebuah hubungan dengan orang lain dan juga saat kita dihadapkan dalam situasi yang membatasi kita bergerak banyak untuk mencapai suatu tujuan.

  1. Hindari kebiasaan S.O.K (Salahkan, Omeli, Kritik). Tentu kita tidak ingin terganggu dengan adanya sebuah omelan atau kritik yang dilayangkan oleh orang lain terhadap pencapaian kita. Dan apabila kita melakukan kritik kepada orang lain ada kemungkinan orang tersebut tidak akan menyukai kita. Saya pernah dinasihati oleh seorang senior di tempat saya bekerja saat ini bahwa dalam pengertian manapun (di internet maupun KBBI), value dari suatu kritik adalah negatif, jadi yang disebutkan – kritik membangun – adalah kata yang kurang tepat. Kita bisa mengganti kata kritik dengan constructive feedback atau umpan balik yang membangun. Dalam rangka “menuangkan volume air” yang tepat terhadap orang lain, kita tetap bisa merespon pencapaian orang lain ditambah dengan usulan-usulan yang kita miliki, bukan hanya memperbaiki suatu hasil pekerjaan, di sisi lain bisa membina hubungan orang lain terhadap kita menjadi lebih baik lagi. Menurut saya, ini juga berlaku saat kita self-correction, di mana kita menghindari keluhan terhadap situasi yang tak menentu seperti saat ini dengan tetap bersyukur dan memikirkan ide-ide baru untuk memperlancar pekerjaan ataupun aktivitas kita lainnya.
  2. Jadilah pendengar yang baik. Saat berada dalam momen pengambilan keputusan sebuah pekerjaan, ada saat-saat di mana kita mempunyai ide yang dirasa lebih matang dari orang-orang lain. Di sisi lain, karena suatu hasil akan lebih baik ditentukan secara bersama-sama, kita bisa memberikan kesempatan ke anggota lain di tim kita untuk saling memberikan ide. Bahkan seluruh anggota tim jadi tahu dan menilai mana usulan terbaik. Dengan sikap kita yang senang memberikan apresiasi terhadap orang lain, apalagi dengan menjadi good listener maka kepercayaan yang terbangun terhadap kita juga akan semakin tumbuh, karena jika diposisikan sebagai seorang leader, Ia seharusnya bisa memercayai kemampuan anggota timnya dan itu bisa menyemangati mereka karena ada keterbukaan komunikasi.
  3. Mulai dengan cara yang ramah. Menurut saya ini adalah awal dari segala langkah untuk kita bisa meningkatkan kualitas hubungan dengan orang lain. Dengan cara yang ramah, kita akan bisa memenangkan cara berpikir dari rekan bicara dan bisa mengembangkan topik-topik pembicaraan.
  4. Tetapkan sejauh mana Anda bersedia dihantui kekhawatiran, dan jangan ijinkan kekhawatiran mengganggu Anda lebih dari itu. Hal yang kita impikan sudah sepatutnya kita raih dengan cara yang optimis. Seperti rencana kita untuk meraih target penjualan, tidak mungkin di awal kita menulis target dengan rasa pesimis dan dihantui kecemasan. Atau misalnya dengan situasi saat ini, terutama di negara kita, di mana penanganan COVID-19 yang terbilang belum maksimal, ada baiknya jika kita melakukan hal-hal baru, yang mendukung keefektifan kita bekerja di rumah, agar target ataupun pekerjaan lain dapat berjalan dengan baik dan tetap bermanfaat bagi orang lain. Kekhawatiran yang berlebih tidak meletakkan kita dalam posisi yang siap menghadapi suatu tantangan. Kita bisa semakin baik dengan persiapan mental dan perencanaan yang matang.
  5. Penuhi pikiran Anda dengan hal-hal yang membawa kedamaian, keberanian, kesehatan, dan pengharapan. Saya pernah membaca suatu teori yang ditulis oleh Jen. Z. A. Hans, di bukunya yang berjudul Strategi Pengembangan Diri, bahwa ada salah satu cara efektif untuk kita menghadapi seseorang ataupun situasi yang sulit, yaitu dengan cara me-reframe (mengubah sudut pandang) apa yang terjadi di hadapan kita menjadi hal yang layak untuk kita jalani, membuat kita lebih damai, dan berani bertindak tentunya. Ada 2 jenis reframing yang bisa kita lakukan, yaitu dengan:
    • Context reframing. Yaitu cara kita memindahkan sebuah konteks peristiwa dalam ruang/waktu yang berbeda dalam artian yang lebih positif. Misalnya, di masa-masa Work from Home ini, pekerjaan dari seorang marketers perusahaan akan lebih banyak dan padat karena pandemi COVID-19 saat ini ada kemungkinan untuk klien dari perusahaan tersebut menunda menggunakan jasa/produk kita. Jadi, seorang marketing staff dituntut untuk menambah konten-konten kreatif untuk menunjukkan pada klien bahwa perusahaan tersebut tetap eksis dan selalu melayani di berbagai kondisi. Dari situ, seorang staf mengganti keluhannya dengan berpikir, ”Oh iya, justru semakin padat pekerjaan, saya tidak boleh mengeluh, di sisi positifnya saya bisa melatih diri saya sendiri untuk bisa bekerja dengan cepat, gesit, dan efektif.”
    • Meaning reframing. Di jenis reframing ini kita menggali makna yang lebih positif tanpa mengubah suatu kejadian. Misalnya, terjadi pada saat saya membaca begitu banyak informasi COVID-19 yang ada di Twitter. Tidak jarang saya membaca pendapat-pendapat maupun suatu situs yang pesimis terhadap perbaikan kondisi vorus korona di Indonesia. Untuk membuat saya lebih tenang, saya mengurangi intensitas bermain Twitter per Di sisi lain, dari berita-berita itu, saya bisa ambil sisi baiknya bahwa keadaan di luar sana mengenai COVID-19 memang belum reda dan saya harus tetap meningkatkan kesadaran akan hal itu agar diri saya dan keluarga tetap aman. Di sini sisi meaning reframing-nya bekerja.

Dalam buku How to Stop Worrying and Start Living yang ditulis oleh Dale Carnegie, tepatnya di bagian ke-4 tentang 7 cara menumbuhkan sikap mental yang akan membawa kita dalam kedamaian dan kebahagiaan, salah satunya adalah yang berada di halaman 138, beliau tuliskan, “If You Have a Lemon, Make a Lemonade”. Dalam bagian itu diceritakan bahwa salah satu psikolog bernama Alfred Adler, setelah menghabiskan seumur hidup mempelajari sifat dan sikap orang-orang dan kekuatan tersembunyi mereka, beliau menjelaskan bahwa salah satu karakteristik manusia yang penuh dengan keajaiban adalah “kekuatan mereka untuk mengubah kekurangan menjadi nilai tambah”. Itu berarti bahwa dalam situasi sesulit apapun, kita masih bisa mempercantik situasi dengan cara positif yang kita lakukan.

Teman-teman, ada banyak cara untuk kita bisa menjaga hubungan baik dengan orang lain dengan kita “memberikan air dalam ruang gelas yang tepat” agar menjaga kepercayaan mereka terhadap kita, juga bersahabat serta bersepakat dengan situasi yang sulit dan mengubahnya. Saya yakin, setiap orang memiliki kemampuan untuk selalu berpikir positif dan bertindak secara matang tanpa harus merugikan diri sendiri dan orang lain. Saya kembali mengutip salah satu quote terbaik dari Dale Carnegie, “When fate hands us a lemon, let’s try to make lemonade.”


Abimanyu Hanggara Yuda Pamungkas – Marketing Communcation Officer, Dale Carnegie Indonesia

Jakarta & Head Office

Jl. Paus No. 84 A
Jakarta Timur 13220
Phone: 021-489 2737
Fax: 021-489 6926


Send this to a friend
Silahkan mengisi form untuk mengunduh
NAMA
PERUSAHAAN
KOTA
TELEPON
E-MAIL
Informasi anda tidak akan diberikan kepada pihak lain.
Silahkan mengisi form untuk mengunduh
NAMA
Hadir di Leadership series kota:
E-MAIL
Informasi anda tidak akan diberikan kepada pihak lain.
Silahkan mengisi form untuk mengunduh
NAMA
PERUSAHAAN
KOTA
TELEPON
E-MAIL
Informasi anda tidak akan diberikan kepada pihak lain.
Silahkan mengisi form untuk mengunduh
NAMA
PERUSAHAAN
KOTA
TELEPON
E-MAIL
Informasi anda tidak akan diberikan kepada pihak lain.
Read previous post:
Self-paced E-learning or Live Online Training? Which e-learning mode should you adopt for your organization?

Self-paced e-learning has largely failed to keep up with current learning needs Learning Management Systems or LMS for short have...

Close