Memilih Kebahagiaan

March 27, 2020 2:13 pm | Oleh Dale Carnegie Editor
Dale Carnegie > Referensi > Artikel > Artikel > Memilih Kebahagiaan

“Wow”, inilah kata yang terlintas di benak saat melihat posting di sosial media tentang Venesia di tengah pandemic, lumba-lumba kembali berenang di kanal-kanal. Foto kanal yang sepi, diapit arsitektur khas Venesia, dengan jembatan-jembatan yang selang seling melintasi kanal, ditambah dengan gerombolan ikan berenang bebas. Kanal menjadi hidup bukan karena aktivitas manusia tapi alam yang kembali menjadi raja. Bayangan foto beberapa lumba-lumba yang menghampiri jendela rumah -rumah langsung terpatri di benak, mengembangkan senyum pastinya. Hey! Bahkan angsa-angsa kembali berenang bebas. Di tengah pandemic di mana kabar buruk menjadi penyapa pagi, ini adalah berkat. Cercah harapan untuk bisa positif.

Yah, setidaknya ini yang saya harapkan. Artikel mendalam dari National Geographic tiga hari kemudian menyatakan bahwa semua berita itu palsu, hoax bila pinjam bahasa kekinian. Video viral lumba-lumba yang jadi bintang ternyata aslinya ada di Sardinia, ratusan kilometer dari Venesia. Ikan-ikan memang pada dasarnya berenang bebas dalam situasi normal. Angsa pun merupakan tamu tetap di beberapa kanal, karena merupakan lintasan migrasi mereka.

Ternyata banyak berita baik yang bertebaran pun adalah berita palsu, alias buruk. Erin Vogel, psikolog dari Standford University, menyebut ini sebagai fenomena kehausan social reward. Fenomena di mana seseorang merasa senang karena mendapatkan apresiasi dari khalayak ramai karena melakukan sesuatu yang baik. Termasuk di dalamnya menipu banyak orang. Kaveri Ganapathy Ahuja, yang pertama kali menyebarkan “berita Venesia” ini lewat akun Twitternya mengakui sengaja menyatukan banyak foto agar bisa membawa kesenangan bagi banyak orang, dan dirinya sendiri. Sekarang saat ditanya apakah akan menghapus twit-nya setelah diketahui tidak benar, dia berkata “Tidak akan, karena itu merupakan rekor pribadi!” Apa yang salah dengan menyebarkan kabar baik di tengah situasi muram begini, belanya. Pola pikir seperti ini jugalah yang membuat lebih banyak lagi kabar baik yang palsu semakin viral.

Pew Research menyatakan lebih dari setengah orang di Amerika terekspos berita seperti ini. Dan yang menyedihkan, Vogel lebih lanjut juga menyatakan bila orang tahu bahwa dia dibohongi, bahwa kebahagian yang didapat adalah hasil kepalsuan, maka menurunkan moral lebih parah dari pada tidak membacanya sama sekali. Ketidakpercayaan meningkat, filter saat kita baca berita model seperti ini akan semakin besar. Dan ini buruk di saat banyak orang justru merasa rentan di masa krisis seperti sekarang.

Jadi bagaimana kita bisa bertahan di tengah kondisi seperti ini, di mana kepercayaan adalah sesuatu yang langka?

Salah satunya, dengan berhenti melihat, membaca dan memikirkan hal-hal buruk. Pilihlah untuk tidak terpengaruh. Dale Carnegie berkata,”Kelelahan kita sering disebabkan bukan oleh pekerjaan, tetapi karena kekhawatiran, frustrasi, dan kebencian.” Jadi kabar buruk membawa dampak saat kita memilih untuk terpengaruh oleh kabar tersebut. Jadi kita perlu tegas memilih untuk tidak terpengaruh. Saat suatu berita menjadi terlalu luar biasa, bisa jadi itu bukan kebenaran.

Dan bagaimana kita bisa mencari kebahagian dalam situasi muram seperti ini, di tengah hantaman banyak kabar buruk?

 “Bukan apa yang Anda miliki, atau siapa Anda, atau di mana Anda berada, atau apa yang Anda lakukan yang membuat Anda bahagia atau tidak bahagia. Itu yang Anda pikirkan.”

Mari kita ciptakan kebahagian kita sendiri, mulai dengan menikmati apa yang kita punya, kita rasakan saat ini dan dari orang-orang sekitar kita. Ada banyak kebahagian kecil di mana-mana, mari kita buat daftarnya:

  • Berapa sering kita di tengah kesibukan kerja kita, melihat tawa lepas dari anak-anak kita? Nah sekarang kita bisa!
  • Berapa sering kita rindu untuk bisa bicara hati ke hati dengan orang yang kita kasihi, yang selalu jauh karena jarak? Sekarang kita bisa!
  • Berapa banyak dari kita yang berpikir proyek-proyek kecil kita di rumah, apakah itu merubah dekor, tata ruang atau hanya sekedar melakukan prakarya DIY (Do it Yourself)? Sekarang kita bisa!
  • Berapa banyak dari kita yang selalu berpikir andai saya punya waktu buat diri kita sendiri? Sekarang kita punya!
  • Saya mau belajar! Sekarang kita bisa!

Semua kanal berita menyampaikan berita buruk? Ini dapat membuat harapan terus menurun. Well, kita memang harus hati-hati, tapi bukan berarti tidak ada alasan untuk bahagia. Kenapa tidak kita jawab berita buruk itu dengan: “Okay…apa lagi selanjutnya! Maaf pengaruhnya sudah luntur sekarang.”

Kita adalah pencipta kebahagian kita sendiri. Dan kita adalah pengabai terbesar kebahagiaan kita sendiri. Jadi di saat di mana distraksi berkurang (karena kerja!), ini adalah waktu untuk diri kita sendiri. Pilihlah untuk Bahagia. Dan ciptakan kebahagiaan Anda sendiri.

Ini bukan mengabaikan keselamatan, karena faktanya anjuran keselamatan sudah sangat detail dan spesifik, dan memang perlu kita patuhi. Kita tetap perlu bersiap dan juga tetap sadar sadar bahwa hidup berlanjut terus. Saat pikiran kita sehat maka kita akan sehat. Kebahagiaan kita terlalu besar nilainya sampai harus digantikan dengan ketakutan. Mari memilih untuk tidak terpengaruh.

Saya bekerja di rumah saat ini, di hari awal tantangannya banyak sekali, bukan saja karena harus menyesuaikan pola bekerja jarak jauh tapi kehilangan interaksi dengan rekan kerja lah yang paling sulit. Koordinasi menjadi lebih lama. Setiap buka TV atau aplikasi apapun, dunia terlihat makin suram. Kualitas kerja? Big hoho.

Hari kedua keajaiban terjadi. Saya melihat ada beberapa rekan membawa anak mereka, keluarga mereka saat virtual meeting. Meeting yang formal menjadi lebih personal. Kalau di kantor kerja dengan laser focus, sekarang celotehan anak justru jadi variasi yang menyenangkan. Bahkan saat mereka bertengkar pun jadi musik. Ada banyak sisi dari anak dan istri yang mungkin tidak saya sadari kalau mereka telah banyak berkembang selama ini. Well, this is my new happiness. Right here right now. Dan saya memilih untuk menikmati setiap waktu yang ada saat ini untuk bisa merekam semua memori ini. Berita buruk memang masih saya baca, namun sekarang dalam hati saya berkata,”Good to know”. That’s it!

Choose life. Choose to be happy. Choose now.


Eka Satyagraha – Senior Trainer Dale Carnegie Indonesia

Jakarta & Head Office

Jl. Paus No. 84 A
Jakarta Timur 13220
Phone: 021-489 2737
Fax: 021-489 6926


Send this to a friend
Silahkan mengisi form untuk mengunduh
NAMA
PERUSAHAAN
KOTA
TELEPON
E-MAIL
Informasi anda tidak akan diberikan kepada pihak lain.
Silahkan mengisi form untuk mengunduh
NAMA
Hadir di Leadership series kota:
E-MAIL
Informasi anda tidak akan diberikan kepada pihak lain.
Silahkan mengisi form untuk mengunduh
NAMA
PERUSAHAAN
KOTA
TELEPON
E-MAIL
Informasi anda tidak akan diberikan kepada pihak lain.
Silahkan mengisi form untuk mengunduh
NAMA
PERUSAHAAN
KOTA
TELEPON
E-MAIL
Informasi anda tidak akan diberikan kepada pihak lain.
Read previous post:
Choosing Happiness

“Wow”, that’s the first thing I had in mind when reading the posting on my timeline about Venice during this...

Close